Sigapnews.com, Pinrang (Sulsel) - Peran penting generasi muda saat ini mendorong Kementerian Pertanian untuk menarik minat anak muda untuk terlibat dalam program petani milenial.
Lahirnya petani milenial ini diharapkan dapat mendukung pembangunan pertanian yang saat ini telah mengalami kemajuan, baik dari segi teknologi maupun sumberdaya yang ada.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, estafet petani selanjutnya berada pada pundak generasi muda. Sebab, mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.
“Generasi milenial adalah masa depan sektor pertanian. Generasi yang mampu memanfaatkan teknologi untuk pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, dunia dalam genggaman mereka,” paparnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mempertegas pendapat Menteri SYL. Menurutnya, keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha pertanian.
“Mereka (petani milenial) diharapkan mampu menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Apalagi, sudah banyak petani milenial yang kini telah menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir,” ujarnya,
Salah satu petani milenial yang berasal dari Kelurahan Langnga Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan, Abdul Rasyid Ridho melakukan inovasi dengan beternak ayam broiler semi organik (tanpa melakukan vaksinasi).
Pada umumnya beternak ayam (unggas) secara komersial diawali dengan melakukan vaksinasi pada saat tiba di kandang atau DOC beumur 4 – 5 hari setelah penetasan dan pemberian vitamin, ini merupakan kewajiban bagi peternak ayam broiler untuk mecegah terjadinya stres dan menjaga ketahanan tubuh ternak ayam sehingga tahan terhadap serangan penyakit.
Namun berbeda Ridho, sapaan akrab petani milenial tersebut. Dirinya beternak tanpa vaksinasi, baik vaksin ND maupun Vaksin Gumboro tanpa penggunaan obat-obatan lainnya yang bersifat kimia.
Pada hari pertama DOC tiba di kandang langsung diberikan air gula merah dengan tujuan untuk memulihkan stamina anak ayam pada saat diperjalanan dan hari kedua diberikan air gula yang diselingi dengan jamu - jamuan yang terbuat dari tanaman rimpang yang difermentasi seperti jahe, kunyit, temu lawak, temu ireng dan kencur yang biasa disebut empon – empon.
Menurut Ridho, manfaat dari jamu ini untuk ternak antara lain dapat mengoptimalkan kerja organ pencernaan, mengobati gangguan pencernaan ternak, mencegah gangguan parasit/cacing pada ternak dan sebagai anti bakteri sehingga ternak tidak mudah terserang penyakit salah satunya mencegah virus H5N1 (yang biasa disebut flu burung) yang menyerang ternak unggas.
Selain itu bermanfaat juga untuk meningkatkan nafsu makan pada ternak dan membantu mempercepat penyerapan nutrisi sehingga perkembangan ternak ayam broiler lebih cepat. Selain pemberian jamu – jamuan tersebut juga diberikan air rebusan daun pepaya sebagai pencegahan penyakit CRD atau ngorok.
Alasan Ridho beternak ayam potong semi organik (tanpa menggunakan vaksin) karena melihat dari segi ekonomis bisa mengurangi biaya produksi dan yang terpenting nilai manfaat yaitu daging ayam bebas dari residu antibiotik, rendah kolestrol, serat daging ayam lebih halus dan memiliki rasa aroma yang lebih enak.
“Dengan masih mewabahnya covid 19, masyarakat mencari pangan yang aman, salah satunya dengan konsumsi ayam potong semi organik.
Alhamdulillah, ayam potong kami kemarin menjelang lebaran sangat diminati masyarakat di sekitar sini, walaupun harga jualnya lebih tinggi dari ayam potong pada umumnya. ujarnya, Kamis (28/5/2020).
Dengan beternak ayam potong semi organik, kami mengajak masyarakat untuk bisa hidup sehat, dan marilah bersama-sama hidup sehat dengan mengkonsumsi daging ayam sehat,”ujar Ridho. (BBPP-BK).
Penulis : Sumarni
Editor : Rezky Yulianti
FOLLOW THE SIGAPNEWS.COM AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow SIGAPNEWS.COM on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram