Sigapnews.com, Maros (Sulsel) - Tanaman cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mendapatkan prioritas pengembangan dalam program Kementerian Pertanian.
Komoditas cabai merupakan komoditas sayuran tidak bersubtitusi dan tergolong komoditas bernilai ekonomi tinggi.
Salah satu cara untuk menghasilkan cabai yang berkualitas tinggi adalah melalui budidaya secara organik.
Budidaya organik merupakan cara budidaya yang tidak menggunakan input produksi bahan kimia sehingga hasil yang diperoleh tidak memiliki residu kimia dan lebih sehat untuk dikonsumsi.
Berbagai cara dilakukan agar budidaya secara organik bisa dilakukan secara sadar oleh masyarakat dan salah satunya melalui program 1000 Desa Organik.
Pada tahun 2018, Dirjen Tanaman Hortikultura
ditugaskan untuk mengatur pelaksanaan
program Pengembangan 1.000 Desa
Pertanian Organik yang berbasis hortikultura
di 250 desa yang tersebar di wilayah Indonesia.
Dengan kinerja yang baik dari semua
pelaksana, baik Dinas Pertanian Provinsi,
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota,
fasilitator organik, dan kelompok
tani / gabungan kelompok tani, diharapkan
tujuan dari program Pengembangan 1.000
Desa Pertanian organik berbasis
hortikultura dapat tercapai.
Tujuan dari Program
Pengembangan 1.000 Desa Pertanian
Organik berbasis hortikultura ialah: (1)
Meningkatnya budaya penerapan sistem
pertanian organik berbasis hortikultura di
250 desa pengembangan organik, dan (2) Meningkatnya ketersediaan komoditas hortikultura organik secara berkesinambungan.
Kesadaran pengembangan pertanian organik tidak selamanya harus dengan fasilitasi pembiayaan dari pemerintah. Salah satu contohnya adalah seperti yang dilakukan oleh alumni Sertifikasi Fasilitator organik tanaman (FASTON) H. Baharuddin Syam beserta istri, Hj. Sari Banong. Sejak mengikuti sertifikasi FASTON, Keduanya sangat antusias mensosialisasikan budidaya secara organik.
Ditemui di lokasi penanaman perdana Cabai Organik di Poktan Lamaloang, Desa Temappaduae, Dusun Takkalasi, Kec. Marusu, Kab. Maros, Alumni Sertifikasi Fasilitator Organik, H. Baharuddin Syam menjelaskan bahwa awalnya di lokasi pertanaman adalah lahan tidur yang sudah lama tidak dimanfaatkan.
"Kami koordinasikan dengan kelompok tani, penyuluh dan Pemerintah Desa, Alhamdulillah lahan ini bisa dimanfaatkan. Setelah semua sepakat, kami minta arahan ke Pak Ustd Jamal (widyaiswara-red) sebagai pembimbing kami dan Alhamdulillah hari ini kita bisa melihat hasilnya dengan melakukan penanaman perdana," tutur H. Bahar.
Berdasarkan pantauan di lapangan, Tim alumni Faston membuat percontohan tanaman organik di lahan seluas 0,4 ha, sudah dibuat bedengan yang dipasangi mulsa plastik. Selain itu, setiap 2 bedengan terpasang berjejer springkel (media penyiram) setinggi 2 meter.
"Kami sengaja buat permanen seperti ini agar bisa tahan lama. Kami ingin buktikan bahwa dengan sentuhan teknologi, kita bisa bertani tanpa harus capek, bisa menanam sekali dan panen berkali-kali. Target kami, dengan teknologi organik bisa panen minimal selama 1 tahun," tutur H. Bahar, Ahad (26/4).
Sementara itu, penyuluh pertanian Desa Temappaduae, Marwanti, A.Md yang hadir dalam kegiatan menyatakan bahwa masyarakat sangat berterimakasih dengan kegiatan para fasilitator. "Luar biasa, awalnya kami tidak menyangka bahwa akan seperti ini, kami bahkan banyak belajar pada para fasilitator, semangatnya luar biasa," ungkap Marwanti.
Kepala Desa Temappaduae menjelaskan bahwa dia kagum dengan apa yang sudah dilakukan oleh tim Fasilitator dan Penyuluh yang mendampingi masyarakat berbudidaya secara organik.
"Kami tidak menyangka bahwa di lokasi yang agak terpencil ini ada percontohan yang luar biasa. Di desa kami masih banyak lahan tidur seperti ini, kami siap memfasilitasi kepada pemilik lahan agar bisa diolah sebagai percontohan tanaman organik. Mudah-mudahan bisa menjadi penyumbang produk organik di Provinsi Sulawesi Selatan," ujar Kepala DesaTemappaduae.
Aktivitas penyuluh, fasilitator dan petani menunjukkan aktivitas pertanian terus berlanjut. Pertanian sebagai gerbang terdepan penyedia stok pangan nasional tetap semangat berproduksi.
Seperti yang selalu disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak boleh tertunda apalagi berhenti. Begitu pula kegiatan olah tanah dan olah tanam hingga panen oleh petani harus tetap berlangsung di tengah pandemi.
Hal serupa ditegaskan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi bahwa masalah Pangan adalah masalah yang sangat utama, hidup matinya suatu bangsa ada di pangan.
"Saat ini pejuang melawan Covid-19 bukan hanya dokter, perawat dan tenaga medis tapi juga seluruh insan pertanian yang bahu membahu menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat. Pertanian tidak boleh berhenti apapun yang terjadi,“ ujar Dedi. (JML) BBPP-BK.
FOLLOW THE SIGAPNEWS.COM AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow SIGAPNEWS.COM on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram